Penelitian

PENELITIAN

RESPON NGENGAT (LEPYDOPTERA : HETEROCERA)
PADA BEBERAPA TIPE WARNA SINAR LAMPU
DI PERKEBUNAN TEH PT. NITO MALINO
SULAWESI SELATAN


Oleh : Ema Selfiana

I.Pendahuluan
I.1 Latar Belakang

Serangga merupakan komponen yang sangat penting dalam komunitas darat dan air tawar. Berdasarkan cara hidupnya, serangga dibagi menjadi dua kategori yaitu serangga yang aktif pada siang hari (diurual) contohnya : kupu-kupu dan serangga yang aktif pada malam hari (noktural) contohnya : ngengat (Putra, 1994; Borror, 1994; Van Mastrihgt, dan Rosariyanto, 2005).
Ngengat adalah salah satu dari sekian banyaknya serangga yang mudah dijumpai dimana-mana karena kemampuannya untuk mendiami berbagai daerah sebagai tempat hidupnya. Ngengat merupakan bagian dari ekosistem bumi yang berperan penting sebagai kontrol biologi untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan di alam (Holloway, 1987).
Umumnya ngengat mulai berterbangan pada pukul 18.00 dan jumlahnya mulai meningkat antara pukul 19.30 sampai 20.00 malam. Contohnya, ngengat Pyralid, Geometrid, Arctiid dan Noctural. Ada juga sejumlah jenis yang muncul pada saat tengah malam atau dini hari, misalnya ngengat Sphingid dan Notodontid. Hal ini berhubungan dengan pola permunculan atau kebiasaan terbang dari ngengat tersebut yang mempunyai pola tersendiri. Ngengat selalu mendatangi cahaya lampu atau lilin pada malam hari. Keterkaitannya pada cahaya adalah suatu fenomena yang sudah umum diketahui. Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan keterkaitannya terhadap cahaya belum sepenuhnya diketahui meskipun para ahli dengan metode sederhana sudah banyak melakukan penelitian mengenai hal tersebut (Barlow, 1982; Syahribulan, 1999).
Berbagai jenis peenelitian yang dilakukan pada daerah penelitian dengan menggunakan sumber cahaya, dimana hasil keanekaragaman ngengat yang ditemukan respon ngengat yang ditemukan memiliki perbedaan yang tinggi. Penelitian mengenai respon ngengqt itu sendiri terhadap berbagai tipe sumber cahaya belum banyak dilakukan, karena itu peneliti tertarik melakukan kajian respon ngengat dengan menggunakan sumber cahaya.

I.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon ngengat terhadap beberapa tipe warna sinar lampu di perkebunan teh, PT Nitto, Sulawesi Selatan.

I.3 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat memberikan informasi mengenai tipe warna lampu yang paling efektif digunakan untuk menangkap/memonitoring keberadaan ngengat pada suatu perkebunan teh atau perkebunan lainnya.

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dalam bentuk pengambilan sampel dilakukan di kawasan perkebunan teh PT. Nitto Malino, Desa Pattopang, Kelurahan Bulu Tana, Kec. Tinggi Moncong-Malino, Kab. Gowa pada bulan September sampai dengan November 2006.

II. Metode Penelitian
II.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah : Light trap dengan lampu pijar 20 watt, kertas warna merah, kuning dan biru, botol sampel, pinset, papan perentang, botol pembunuh, jarum serangga berbagai ukuran, jarum preparat, kertas papillot, kertas label, dan alat tulis menulis.

II.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakana adalah sampel ngengat, etil asetat, dan kapur barus.

II.3 Prosedur Kerja
Pengamatan respon ngengat terhadap berbagai tipe warna lampu dilakukan dengan jalan sebagai berikut :
1. Melakukan penangkapan ngengat menggunkan light trap dengan kain yang berwarna putih berukuran 3x2 cm.
2. Membentangkan kain seperti layar dengan jarak 1 m dari permukaan tanah
3. Melakukan penyinaran dengan menggunakan lampu pijar 20 watt yang diberi tiga variasi warna yaitu merah kuning dan biru
4. Menggantungkan lampu ditengah-tengah kain dengan jarak sekitar 20 cm dari kain
5. Menangkap ngengat yang mendatangi cahaya dengan menggunakan botol pembunuh dan selanjutnya memasukkan ke dalam kertas papillot untuk diidentifikasi sampai tingkat familia
6. melakukan identifikasi dan analisis data.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan respon ngengat terhadap sumber cahaya di perkebunan teh PT. Nitto Malino, diperoleh jumlah individu ngengat sebanyak 172 individu yang mencakup 6 Familia 36 spesies.
Secara umum didapatkan bahwa ngengat mulai beraktifitas dan muncul pada perangkap cahaya dimulai pada pukul 18.00 dan jumlahnya semakin meningkat pada pukul 20.00 hingga pada pukul 22.00. Jumlah ngengat yang tetangkap berkurang sejalan dengan meningkatnya waktu menjadi semakin larut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ngengat familia Pyralidae, Cossidae, Noctudae, dan Geometridae umumnya mendatangi perangkap cahaya pada awal malam sedangkan familia Notodontidae datang pada tengah malam. Ngengat yang mendatangi lampu warna kuning sebanyak 30 individu, lampu warna merah 16 individu, sedangkan lampu warna biru hanya 11 individu. Penurunan jumlah ngengat yang mendatangi cahya dimulai pada pukul 23.00.
Warna lsmpu ysng paling disukai ngengat adalah lampu warna kuning dengan jumlah 55.80%, hal ini disebabkan karena panjang gelombang dari lampu kuning (565-590 nm) tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi sehingga kebanyakan ngengat mampu menyesuaikan panjang gelombang dengan sudut matanya dengan panjang gelombang sekian.
Warna merah memiliki panjang gelombang yang tinggi sehingga ngengat yang datang tidak terlalu banyak, hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez, Bastardo, Rodrigues (2001), bahwa sebagian besar serangga malam kurang sensitif terhadap cahaya warna merah karena kurang mampu menjaga sudut matanya terhadap panjang gelombang di atas 700 nm.
Cahaya warna biru memiliki panjang gelombang yang tergolong rendah, beberapa ngengat ataupun serangga malam lainnya kurang mampu mendeteksi adanya cahaya tersebut.. Menurut Metcalf (1993) mata serangga sangat berbeda dengan mata hewan vertebrata dimana vertebrata mampu melihat semua cahaya, sebaliknya serangga contohnya ngengat kuranng mampu mendeteksi semua warna.

V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Respon ngengat terhadap ketiga tipe warna lampu berbeda sesuai dengan panjang gelombang dari masing-masing warna lampu tersebut.
2. Respon ngengat terbanyak dijumpai pada lampu warna kuning dengan diperolehnya jumlah individu ngengat lebih banyak dibandingkana dengan lampu warna biru dan merah, sedangkan Familia yang paling banyak ditemukan adalah Familia Pyralidae.

V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara yang paling efektif untuk memonitor/menangkap larva ngengat atau serangga malam lainnya, karena tahap larva dari serangga juga sangat merugikan tanaman pertanian.


























DAFTAR PUSTAKA

Andrewata, H.G. and Birch, L.C. 1954. THE DISTRIBUTION AND ABUDANCE OF THE ANIMALS. The university of Chicago Press, London and Chicago.

Anonimous, 2006. Warna. (http://ms.wikipedia.org/wiki/warna), diakses tanggal 25 januari 2007. P. 17:21

Barlow, H.S. 1982. An Introduction to the Moths of South Aest Asia. The Autho, Kuala Lumpur. 305 pp.

Borror, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Djogjakarta.

Daryanto, 2003. Pengendalian OPT Kurang Rasional. (http://www.pikiran rakyat.com/cetak/0303/27/06x3.htm) diakses 5 maret 2007.

Douglas, G. C, 2001. Fisika, Edisi Kelima Jilid-2. Erlangga. Jakarta. P.226-227

Frank, K. D, 1988. Impact of Outdoor Lighting on Month. An Assasment. Journal of the Lepidopterist” Society 42(2): 63-93. http://www.maltarso.org/Ipag/enviroinfavt.html diakses tanggal 15 Juli 2006

Holloway, J. D. 1989. Months. 148:437-453. In Lieth, H. and Werge, M. J. A. (eds). Tropical Rain Fores Ecosystem. Ecosystem of The World. Elsefier. Amsterdam

…………………1983. The Month or Borneo Parts 12. Family : Noctuidae; Subfamilies Holiothinae. Acronictinae and Agraristinae. United Selangor Press SDN. BHD. Kuala Lumpur. 226pp.

………………..1983. Insec Survey – An Approach to Environmental Monitoring. Atti. Congr. Nas. Ital. Entomol. Roma. 1980: 239-261.

Holloway, J. D. Braddley, J. D., 1987. CIE Guides to Insec of Importance to Man: Lepidoptera. The Cambrian New Ltd. Aberystwyth. London 262pp.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Kalshoven, L.G.E (1981). Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta

Krebs, Charles J. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abudance 2nd ed. Harper & Row. New York


Lampiran

A. Lokasi Pengambilan Sampel


Blok II
PT. Nitto Malino The
Lampirn B. Light trap (perangkap cahaya)

Lampu warna merah Lampu warna kuning Lampu warna biru

Read Users' Comments (0)

Fauna



TARSIUS SI FOSIL YANG HIDUP










Klasifikasi:

Kerajaan :

Animalia

Filum :

Chordata

Kelas :

Mammalia

Ordo :

Primata

Upaordo :

Haplorrhini

Infraordo :

Tarsiiformes

Famili :

Tarsiidae

Genus :

Tarsius

Spesies : Tarsius pumilus

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tarsius

Tarsius pumilus adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.

Penemuan kembali monyet terkecil di dunia yang sudah lebih dari 80 tahun tidak pernah terlihat. Tarsius pumilus, demikian nama ilmiah spesies tersebut ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, oleh Sharon Gursky-Doyen dari antropologi Texas A&M Universit,AS. Penemuan ini sangat penting karena spesies tersebut baru empat kali ditemukan sejak dideskripsikan tahun 1921. Sebelum Gursky-Doyen menemukannya, spesies tersebut pernah tertangkap tahun 2000. Adalah tim yang dipimpin Dr. Ibnu Maryanto, peneliti mamalia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tanpa sengaja menemukannya dalam jerat tikus yang dipasangnya di lantai hutan Lore Lindu.

Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming. Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda. Tidak seperti prosimia lain, tarsius tidak mempunyai sisir gigi, dan susunan gigi mereka juga unik.

Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.

Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.

Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.

Sumber : dari berbagai sumber


Read Users' Comments (0)

PUISI

RISALAH HATI

Aku tidak akan pernah hinggap di suatu hati saja

Aku takkan jalin kisah disuatu sisi saja

Sebeb begitulah kiranya jalanku

Tercipta tuk dimiliki dan memiliki

Karenanya beri aku ruang dan waktu

Hingga ku yakin

Kaulah persinggahan terakhirku

April 7th04

Mega copyR

Read Users' Comments (0)

Selamat Hari Raya Idul Fitri


Assalamu Alaikum wr.wb.

Kami segenap Pengurus HIMBIO FMIPA UNHAS dan Nucleus Biologi FMIPA UNHAS mengucapkan Minalaizin wal faizin mohon maaf lahir dan batin, semoga amal Ibadah kita di terima disisinya "jazakallahu khairan katsiran"Amin.

Read Users' Comments (0)